Timur Network Luncurkan Timur Strategic: Riset Besar Pembangunan Manusia Indonesia
Jakarta, 10 September 2025. Timur Network resmi meluncurkan Timur Strategic,
sebuah program riset kolaboratif untuk memetakan kondisi pendidikan dan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di 16 provinsi Kawasan Timur Indonesia
(KTI). Inisiatif ini disebut sebagai riset kolaboratif terbesar yang pernah dilakukan di
kawasan tersebut, dengan melibatkan universitas, peneliti lokal, dan lembaga riset
nasional.
CEO Timur Network, M. Khaerun Zuhry Radjilun, menegaskan pentingnya inisiatif ini
untuk menjawab ketimpangan pembangunan SDM di Indonesia Timur. “Pendidikan di
Kawasan Timur Indonesia tidak bisa dipukul rata dengan daerah lain. Ada faktor
geografis, budaya, hingga tata kelola yang unik. Karena itu, solusi pengembangan
SDM harus lahir dari kondisi lokal, bukan kebijakan seragam dari pusat,” ujar pemuda
asal Maluku Utara ini.
Ketimpangan pendidikan di Indonesia Timur masih nyata. Data Badan Pusat Statistik
(2024) menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) anak usia 7–15 tahun di Papua,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi cukup tinggi, antara 73–99 persen. Namun pada
usia produktif 19–24 tahun, angka itu merosot tajam: hanya 17–38 persen yang masih
bersekolah. Akibatnya, banyak provinsi di KTI masih mencatat Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di bawah rata-rata nasional. Papua Pegunungan bahkan tercatat
sebagai provinsi dengan IPM terendah di Indonesia, yakni 54,43.
Situasi ini diperburuk oleh minimnya tenaga pendidik dan infrastruktur. Papua
Pegunungan, misalnya, hanya memiliki 6.932 guru atau 0,20 persen dari total nasional
di tahun ajaran 2023/2024. Banyak sekolah masih kekurangan ruang kelas, akses
internet terbatas, sementara keragaman bahasa menghadirkan tantangan tersendiri
dalam proses belajar mengajar.
Koordinator Program Timur Strategic, Miftahul Khausar, mengungkapkan bahwa
program riset ini lahir dari kegelisahan atas kondisi tersebut. “Indonesia menjamin
hak pendidikan untuk semua, tapi realitas di Indonesia Timur masih jauh dari itu.
Melalui riset ini kami ingin menghadirkan peta jalan yang berbasis data agar
kebijakan pemerintah benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat,” kata pemuda
asal Sulawesi Barat yang juga menjabat sebagai Chief Program Officer Timur Network.
Timur Strategic akan menitikberatkan pada pendidikan menengah dan tinggi di usia
produktif 16–23 tahun. Dengan pendekatan kolaboratif, berbasis bukti, dan
menjunjung tinggi kearifan lokal, program ini diharapkan menghadirkan gambaran
komprehensif mengenai kondisi pendidikan, tata kelola, sekaligus alternatif solusi
yang bisa diterapkan. Studi utama yang menjadi fondasi program ini berjudul “Studi
Kondisi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kawasan Indonesia
Timur: Analisis Masalah dan Alternatif Solusi.”
Program ini melibatkan enam belas universitas, sekolah tinggi, dan organisasi
masyarakat sipil dari seluruh 16 provinsi di KTI. Sebanyak enam belas peneliti lokal
akan memimpin studi di daerah masing-masing, dibantu delapan puluh empat
enumerator yang turun langsung ke lapangan. Peneliti senior dari universitas ternama
serta lembaga riset nasional turut mendampingi untuk memastikan kualitas hasil.
“Kolaborasi adalah kunci. Kami ingin memastikan suara dan pengalaman masyarakat
Indonesia Timur di daerah benar-benar menjadi dasar rekomendasi yang akan kami
dorong ke pembuat kebijakan, oleh karena itu juga seluruh tim yang terlibat adalah
orang-orang Indonesia Timur ataupun para pakar yang sangat memahami kondisi
lapangan” tegas Khairun.
Timur Strategic diharapkan menghasilkan pemetaan pendidikan yang akurat, analisis
tata kelola yang komprehensif, serta rekomendasi strategis yang aplikatif bagi
pemerintah pusat maupun daerah. Lebih dari itu, program ini menjadi simbol
keseriusan untuk menempatkan pembangunan
“Pendidikan bukan hak istimewa, tapi hak semua anak bangsa, termasuk mereka
yang tinggal di wilayah terluar dan tertinggal. Timur Strategic lahir untuk memastikan
tidak ada yang ditinggalkan dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih adil,”
pungkas Miftah.